Laman

Life is a game with obstacles encountered and when there is a chance, we have to seize it.

Senin, 13 Maret 2017

Penulisan Pribadi 1



Tugas Softskill Penulisan Pribadi No 1
Nama           : Lisa Oktaviani
NPM            : 23215848
Kelas            : 2EB20


Dilema
Namaku rania,aku sudah berumur 17 tahun tapi aku belum pernah merasakan yg namanya jatuh cinta.Aku gak tau kenapa aku gak bisa seperti yg lain,yg bisa menikmati indahnya masa muda dengan bersenang-senang.Apa mungkin karena keluargaku yg terlalu membatasi pergaulanku sehingga aku merasa takut untuk mempunyai rasa cinta pada orang lain. Jujur dalam hatiku aku ingin sekali seperti yg lain tapi aku juga tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan keluargaku padaku.Bagiku kepercayaan mereka adalah segalanya untukku .Keluargaku selalu bilang jika aku mencari jodoh,aku harus mempertimbangkan bebet bibit dan bobotnya tapi apakah harus sejeli itu kalau hanya mencari seorang pacar,mungkin kalau mencari pendamping hidup masih bisa masuk akal karena aku juga gak mungkin mencari pendamping hidup yg asal-asalan.
Aku selalu diejek oleh teman-temanku hanya karena sudah sebesar ini tapi belum pernah merasakan gimana rasanya memiliki pasangan.Awalnya aku gak nanggapin omongan mereka,aku hanya menganggap omongan mereka adalah angin lalu tapi semakin kesini aku semakin sadar,mungkin apa yg mereka katakan memang benar.Sebelum kita memilih seorang pendamping,kita harus mengetahui terlebih dahulu karakter seorang cwo dan cara mengenali karakter cwo yaitu dengan belajar mencintiai seseorang walaupun itu hanya cinta monyet.Setiap kali aku mendengar kata-kata teman-temanku timbul rasa ingin menjalin hubungan dengan lawan jenis dalam hatiku tapi rasa takut itu selalu membayang-bayangi diriku.Rasa takut pada keluarga dan rasa takut terperosot dalam kelamnya pergaulan anak zaman sekarang ini.Andaikan saja aku bisa berfikir dewasa mungkin aku gak akan sebingung ini.Aku bisa menyikapinya semua problematika masa remajaku dengan dewasa.
Aku tau gak mungkin selamanya aku seperti ini tapi aku juga gak tau kapan aku bisa berubah.Aku sendiripun belum yakin apakah aku bisa meninggalkan duniaku yg selama ini bisa membuatku merasa senang dan bisa membuatku melupakan permasalahku meskipun hanya sejenak dan beranjak ke kehidupan orang-orang dewasa yg selama ini ku anggap sebagai dunia kesedihan.Dari dulu aku selalu menganggap dunia orang dewasa sbagai dunia kesedihan karena perbandingan antara kebahagiaan memiliki pasangan dan kesedihannya lebih dominan pada kesedihan.Aku lebih suka bermain dengan anak-anak yg sama sekali belum mengerti apa itu cinta dan apa yg dinamakan pacaran         .Yang mereka tau hanya bagaimana cara menghibur diri mereka sendiri.Apapun yg membuat mereka tertawa lepas pasti mereka lakukan.Hidup mereka seakan bebas tanpa sedikitpun beban yg harus mereka pikirkan.Hal itu seakan berbanding terbalik dengan kehidupan orang-orang dewasa.Prinsipku adalah jika ada hal yang bisa membuat kita bahagia kenapa kita harus memilih hal-hal yang hanya akan membuat kita sedih.Hidup adalah pilihan so pertahankanlah apa yg bisa membuatmu senang dan hindarilah hal-hal yg hanya akan membuat kita terus-menerus terjerumus dalam jurang kesedihan.
Mungkin bagi orang lain aku aneh tapi inilah aku yg sebenaranya.Aku gak bisa meninggalkan dunia yg bisa membuatku senang.Dunia yg mungkin dianggap dunia yg menyebalkan bagi remaja seumuranku.Selain dunia kecilku,aku mempunyai fokus tujuan hidup yaitu dunia pendidikan.Aku gak mau di era globalisasi seperti sekarang ini aku gak bisa merasakan duduk dibangku sekolah sampai jenjang pendidikan tinggi.Aku ingin membuktikan pada kedua orangtuaku dan orang-orang yg telah menghinaku kalau meskipun aku anak cupu yg gak pernah bisa bebas bergaul seperti merekapun bisa berprestasi dalam bidang pendidikan.Aku berusaha untuk selalu melakukan yg terbaik untuk pendidikanku dengan selalu giat belajar meskipun kadang males-malesan juga sih hehe.
Semua itu telah aku buktikan dengan mendapatkan juara kelas berturut-turut dari kelas 1 sampai kelas 2 semester 1 ini.Aku senang sekali karena akhirnya aku bisa sedikit memberikan senyuman kepada kedua orang tuaku dan aku juga bisa sedikit meringankan beban yg selama ini bapak dan ibuku pikul untuk membiayai sekolahku dengan cara memberikan suatu persembahan prestasiku.
Bapak dan ibuku sangat bangga padaku dan aku selalu berharap agar allah terus mempercayaiku untuk menjadi juara kelas sampai aku lulus SLTA nanti.Tapi jujur terkadang ambisiku untuk selalu menjadi juara kelas malah menjadi suatu hal yg menakutkan dan menjadi beban tersendiri untukku.Aku takut kalau aku tidak bisa lagi memperikan prestasi itu untuk ibu dan bapakku,aku takut membuat mereka sedih dan kecewa padaku dan terkadang semua itu malah membuatku down.Aku susah sekali menangkap materi pelajaran dengan baik karena yang aku rasakan hanya rasa takut,rasa takut tidak bisa mencapai hasil maksimal.Meskipun aku sendiri menyadari kalau rasa takut itulah yg nantinya akan merusak kredibilitasku di sekolah.Tapi rasa itu seakan terus menghantuiku,apalagi saat mendekati ulangan semester karena itu tandanya pengambilan raport tinggal menghitung hari .Saat itulah diketahui siapa yg menjadi juara kelas.



Penulis,Lisa Oktaviani

1 komentar: