Tugas Softskill Penulisan Pribadi No 1
Nama :
Lisa Oktaviani
NPM :
23215848
Kelas :
2EB20
Dilema
Namaku
rania,aku sudah berumur 17 tahun tapi aku belum pernah merasakan yg namanya
jatuh cinta.Aku gak tau kenapa aku gak bisa seperti yg lain,yg bisa menikmati
indahnya masa muda dengan bersenang-senang.Apa mungkin karena keluargaku yg
terlalu membatasi pergaulanku sehingga aku merasa takut untuk mempunyai rasa
cinta pada orang lain. Jujur dalam hatiku aku ingin sekali seperti yg lain tapi
aku juga tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan
keluargaku padaku.Bagiku kepercayaan mereka adalah segalanya untukku .Keluargaku selalu
bilang jika aku mencari jodoh,aku harus mempertimbangkan
bebet bibit
dan bobotnya tapi apakah harus sejeli itu kalau hanya mencari seorang
pacar,mungkin kalau mencari pendamping hidup masih bisa masuk akal karena aku juga gak mungkin
mencari pendamping hidup yg asal-asalan.
Aku selalu diejek oleh teman-temanku hanya karena sudah
sebesar ini tapi belum pernah merasakan gimana rasanya memiliki
pasangan.Awalnya aku gak nanggapin omongan mereka,aku hanya menganggap omongan
mereka adalah angin lalu tapi semakin kesini aku semakin sadar,mungkin apa yg
mereka katakan memang benar.Sebelum kita memilih seorang pendamping,kita harus
mengetahui terlebih dahulu karakter seorang cwo dan cara mengenali karakter cwo
yaitu dengan belajar mencintiai seseorang walaupun itu hanya cinta
monyet.Setiap kali aku mendengar kata-kata teman-temanku timbul rasa ingin
menjalin hubungan dengan lawan jenis dalam hatiku tapi rasa takut itu selalu
membayang-bayangi diriku.Rasa takut pada keluarga dan rasa takut terperosot
dalam kelamnya pergaulan anak zaman sekarang ini.Andaikan saja aku bisa
berfikir dewasa mungkin aku gak akan sebingung ini.Aku bisa menyikapinya semua
problematika masa remajaku dengan dewasa.
Aku tau gak mungkin selamanya aku seperti ini tapi aku
juga gak tau kapan aku bisa berubah.Aku sendiripun belum yakin apakah aku bisa
meninggalkan duniaku yg selama ini bisa membuatku merasa senang dan bisa
membuatku melupakan permasalahku meskipun hanya sejenak dan beranjak ke
kehidupan orang-orang dewasa yg selama ini ku anggap sebagai dunia
kesedihan.Dari dulu aku selalu menganggap dunia orang dewasa sbagai dunia
kesedihan karena perbandingan antara kebahagiaan memiliki pasangan dan
kesedihannya lebih dominan pada kesedihan.Aku lebih suka bermain dengan anak-anak
yg sama sekali belum mengerti apa itu cinta dan apa yg dinamakan pacaran .Yang mereka tau hanya bagaimana cara
menghibur diri mereka sendiri.Apapun yg membuat mereka tertawa lepas pasti
mereka lakukan.Hidup mereka seakan bebas tanpa sedikitpun beban yg harus mereka
pikirkan.Hal itu seakan berbanding terbalik dengan kehidupan orang-orang
dewasa.Prinsipku adalah jika ada hal yang bisa membuat kita bahagia kenapa kita
harus memilih hal-hal yang hanya akan membuat kita sedih.Hidup adalah pilihan
so pertahankanlah apa yg bisa membuatmu senang dan hindarilah hal-hal yg hanya
akan membuat kita terus-menerus terjerumus dalam jurang kesedihan.
Mungkin bagi orang lain aku aneh tapi inilah aku yg
sebenaranya.Aku gak bisa meninggalkan dunia yg bisa membuatku senang.Dunia yg
mungkin dianggap dunia yg menyebalkan bagi remaja seumuranku.Selain dunia
kecilku,aku mempunyai fokus tujuan hidup yaitu dunia pendidikan.Aku gak mau di
era globalisasi seperti sekarang ini aku gak bisa merasakan duduk dibangku
sekolah sampai jenjang pendidikan tinggi.Aku ingin membuktikan pada kedua
orangtuaku dan orang-orang yg telah menghinaku kalau meskipun aku anak cupu yg
gak pernah bisa bebas bergaul seperti merekapun bisa berprestasi dalam bidang
pendidikan.Aku berusaha untuk selalu melakukan yg terbaik untuk pendidikanku
dengan selalu giat belajar meskipun kadang males-malesan juga sih hehe.
Semua itu telah aku buktikan dengan mendapatkan juara
kelas berturut-turut dari kelas 1 sampai kelas 2 semester 1 ini.Aku senang
sekali karena akhirnya aku bisa sedikit memberikan senyuman kepada kedua orang
tuaku dan aku juga bisa sedikit meringankan beban yg selama ini bapak dan ibuku
pikul untuk membiayai sekolahku dengan cara memberikan suatu persembahan
prestasiku.
Bapak dan ibuku sangat bangga padaku dan aku selalu
berharap agar allah terus mempercayaiku untuk menjadi juara kelas sampai aku
lulus SLTA nanti.Tapi jujur terkadang ambisiku untuk selalu menjadi juara kelas
malah menjadi suatu hal yg menakutkan dan menjadi beban tersendiri untukku.Aku
takut kalau aku tidak bisa lagi memperikan prestasi itu untuk ibu dan
bapakku,aku takut membuat mereka sedih dan kecewa padaku dan terkadang semua
itu malah membuatku down.Aku susah sekali menangkap materi pelajaran dengan
baik karena yang aku rasakan hanya rasa takut,rasa takut tidak bisa mencapai
hasil maksimal.Meskipun aku sendiri menyadari kalau rasa takut itulah yg
nantinya akan merusak kredibilitasku di sekolah.Tapi rasa itu seakan terus
menghantuiku,apalagi saat mendekati ulangan semester karena itu tandanya
pengambilan raport tinggal menghitung hari .Saat itulah diketahui siapa yg
menjadi juara kelas.
Penulis,Lisa Oktaviani
BalasHapusbagus sekali,trimakasih infonya ,sukses selalu.